Thursday, April 28, 2016

Panduan Tahap Perkembangan Balita

Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh menjadi lebih kompleks yang sifatnya kualitatif. Mengukur perkembangan lebih sulit dibandingkan pertumbuhan yang dapat dinilai secara kuantitatif. Sifat perkembangan adalah bertahap dan berurutan. Dan perkembangan pada tahap sebelumnya merupakan dasar bagi tahap perkembangan selanjutnya. Contohnya anak pasti akan lebih dahulu dapat berdiri sebelum berjalan dan berdiri merupakan dasar dari kemampuan berjalan.

Perlu diketahui bahwa panduan tahap perkembangan bayi ini merupakan patokan kasar. Misalnya seorang anak dapat berjalan pada umur 1 tahun, ada pula anak lain yang dapat berjalan pada usia 14 bulan atau 9 bulan namun ternyata normal. Jangan membanding -bandingkan perkembangan bayi Anda dengan teman sebayanya atau saudaranya. Karena anak merupakan seorang individu yang memiliki keunikannya tersendiri.


Urutan Tahap Perkembangan Bayi dan Balita
  • Usia 1 bulan
    • Tangan dan kaki bergerak aktif
    • Kepala menoleh ke samping kanan dan kiri
    • Bereaksi terhadap bunyi-bunyian
    • Menatap wajah orangtua atau orang lain
  • Usia 2 bulan
    • Mengangkat kepala dan leher ketika sedang tengkurap
    • Tersenyum ketika mendengar suara orangtua atau orang lain
    • Mata dapat mengikuti gerakan orang lain
  • Usia 3 bulan
    • Menggenggam benda /objek / mainan
    • Tersenyum pada orang lain
    • Mulai membuat suara dengan mulutnya (cooing), tertawa bahkan berteriak
  • Usia 4 bulan
    • Dapat mengangkat kepalanya dengan tegak
    • Mulai mengeluarkan suara yang mirip dengan kata -kata (babbling)
    • Tertawa bila diajak berkomunikasi
    • Senang bermain dengan orang lain dan menangis bila permainan dihentikan
    • Senang meniru suara -suara
    • Meniru mimik muka orang lain seperti cemberut atau tersenyum
    • Mulai mengenal orang tua dari kejauhan
    • Menggerakan tangan ke mulut
  • Usia 6 bulan
    • Mengenali mana wajah yang dikenal mana yang asing
    • Berguling dari perut ke punggung, lalu dari punggung ke perut
    • Memindahkan benda / objek dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya
    • Menaruh benda / objek ke dalam mulut
    • Senang bermain dengan orang lain terutama orangtua
    • Memperlihatkan rasa penasaran terhadap objek yang jauh dari jangkauannya dan mencoba mengambilnya
    • Mulai belajar duduk
    • Merespon bila dipanggil namanya
    • Menemukan benda / objek yang tidak kelihatan dari pandangannya
  • Usia 9 bulan
    • Mulai takut kepada orang asing
    • Tergantung pada orangtua (tidak mau dengan orang lain)
    • Mempunyai mainan favorit
    • Mengerti ‘tidak’
    • Menunjuk sesuatu menggunakan jari
    • Posisi duduk tanpa dibantu
    • Berdiri dengan berpegangan
    • Mulai merangkak
    • Dapat mengatakan ‘mama’ atau ‘papa’ atau ‘dada’
  • Usia 12 bulan
    • Menangis bila orangtua tidak ada
    • Menunjukkan rasa takut atau malu pada orang asing
    • Menggelengkan kepala untuk menunjukkan ‘tidak mau’
    • Berjalan tanpa alat bantu (misalnya berpegangan ke dinding)
    • Mengatakan / berbicara minimal satu kata
    • Senang meniru perilaku orang lain
    • Minum dari gelas
  • Usia 18 bulan
    • Dapat menunjukkan kemarahan
    • Berjalan tanpa alat bantu dan bantuan orang lain
    • Mengatakan / berbicara minimal 15 kata
    • Menunjuk bagian hal yang ia sukai
    • Menunjuk bagian tubuhnya sendiri
    • Mengetahui benda -benda sederhana seperti sikat gigi, sendok, gelas
    • Mulai senang mencoret -coret
  • Usia 2 tahun
    • Mengetahui nama / panggilan orang yang familiar atau anggota tubuh
    • Berlari dan melompat
    • Berjinjit
    • Menendang bola
    • Mulai belajar berlari
    • Berbicara / mengatakan kalimat yang terdiri dari 2 kata
    • Mengikuti / menuruti instruksi sederhana
    • Bermain peran
    • Dapat membedakan benda berdasarkan warna dan bentuk
  • Usia 3 tahun
    • Menunjukkan perhatian pada teman sebaya
    • Menunjukkan beragam emosi
    • Mulai dapat berpisah dari orangtua
    • Memakai baju sendiri
    • Mengetahui nama teman
    • Memanjat
    • Berbicara / mengatakan kalimat yang terdiri dari banyak kata
  • Usia 4 tahun
    • Senang melakukan hal baru
    • Lebih senang bermain dengan teman sebaya disbanding dengan diri sendiri
    • Bekerjasama dengan anak lain
    • Dapat bernyanyi dengan lirik yang familiar seperti ‘Balonku’
    • Dapat bercerita
    • Menggambar lingkaran dan persegi
    • Mengendarai sepeda roda 3
    • Anak usia 3 -4 tahun adalah tahap perkembangan bayi dan balita yang menginjak fase keras kepala
  • Usia 5 tahun
    • Lebih mentaati dan mengerti peraturan
    • Senang bernyanyi dan menari
    • Mengerti mengenai perbedaan gender
    • Menunjukkan kemandirian (misalnya dapat pergi ke rumah tetangga sendirian)
    • Dapat berhitung lebih dari 10 benda / objek
    • Dapat menggambar orang dengan minimal 6 anggota tubuh
    • Dapat menulis angka dan huruf
    • Dapat ke toilet mandiri dan tanpa bantuan
    • Ngompol merupakan hal yang wajar hingga anak mencapai usia 4 -5 tahun
    • Mengetahui dan memberitahu namanya sendiri dan alamat sendiri
Perlu diingat bahwa tidak semua anak akan mengikuti panduan tahapan perkembangan bayi seperti di atas. Perkembangan banyak dipengaruhi oleh faktor lain. Misalnya saja kepribadian anak. Anak yang penakut dan kurang aktif atau senang melakukan pengamatan objek secara mendetail biasanya dapat berjalan lebih lambat. Anak yang tidak penakut dan selalu aktif akan dapat berjalan lebih cepat.

Orangtua dan orang rumah pun turut menjadi faktor di tahapan perkembangan bayi. Orangtua yang lebih sering mengajak anaknya bicara akan membuat anak berkembang lebih baik di bidang bahasanya. Maka sangatlah penting untuk selalu merangsang bayi Anda berbahasa dengan mengajaknya berinteraksi. Orangtua pun hendaknya merangsang anak untuk melakukan gerakan seperti duduk, berdiri dan berjalan.

Tuesday, April 12, 2016

PENTINGNYA SEKOLAH MINGGU DI GEREJA

Dibanyak gereja, keberadaan sekolah minggu masih dianggap sebagai kebutuhan gereja yang tidak begitu penting. Padahal semua warga dan Majelis gereja tahu bahwa keberadaan dan penyelenggaraan sekolah minggu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bergereja, namun dalam praktiknya belum dapat dilakukan dengan baik dan sungguh-sungguh.
Berdasarkan pengalaman, ada beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya perhatian gereja dalam membina sekolah minggu :

  1. Beberapa orang beranggapan bahwa sekolah minggu nilainya lebih rendah dibandingkan dengan ibadah minggu. Oleh karena penilaiannya lebih rendah maka dalam hal membina dan menyelenggarakan tidak dipersiapkan dengan baik dan bertanggung jawab.
  2. Orang-orang yang mendampingi dan mengajar sekolah minggu jarang sekali dibina dan dibekali oleh gereja. Bahkan cenderung yang mengajar sekolah minggu diserahkan kepada remaja dan pemuda, sedangkan ada Majelis Gereja yang menganggap bukan menjadi tanggung jawab mereka.
  3. Pemahaman terhadap sekolah minggu yang masih kurang baik dari segi penyelenggaraannya dan pengetahuannya
Sehingga dari beberapa faktor tersebut dapat dilihat buahnya yaitu gedung sekolah minggu yang dibangun tidak dirancang sedemikian rupa untuk kebutuhan anak-anak dan penyelenggaraan sekolah minggu, jarang bahkan tidak ada pembinaan yang dilakukan oleh Majelis Gereja, guru-guru sekolah minggu yang terlibat bukan orang-orang yang dipersiapkan dengan baik cenderung siapa yang mau, bahan pengajaran tidak dikembangkan dengan baik, peralatan yang digunakan seadanya, dan masih banyak lagi.

Padahal gereja yang berkembang salah satu indikasinya adalah bertanggung jawab dalam menyelenggarakan sekolah minggu secara bertanggung jawab. Oleh karena itu, kita perlu kembali belajar dari apa yang dilakukan oleh Tuhan Allah pribadi dalam memperhatikan pembinaan kepada usia anak.

Dalam jaman Perjanjian Lama, pembinaan rohani anak mendapat perhatian yang sangat serius. Pada waktu itu keluarga menjadi tempat pembinaan rohani anak. Orang tua bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak mengenal Taurat Tuhan. Bukan hanya satu minggu sekali tapi tiap-tiap hari Taurat itu diajarkan dalam berbagai kesempatan kepada anak-anak (Ul.6:4-7).


Pada masa pembuangan di Babilonia (500 SM), ketika Tuhan menggerakkan Ezra dan para ahli kitab untuk membangkitkan kembali kecintaan bangsa Israel kepada Taurat Tuhan, maka dibukalah tempat ibadah sinagoge sehingga mereka dapat belajar Firman Tuhan kembali, termasuk di antaranya adalah anak-anak kecil. Orangtua wajib mengirimkan anak-anaknya yang berusia di bawah 5 tahun untuk sekolah di sinagoge. Di sana mereka dididik oleh guru-guru sukarelawan yang mahir dalam kitab Taurat. Anak-anak dikelompokkan dengan jumlah maksimum 25 orang dan dibimbing untuk aktif berpikir dan bertanya, sedangkan guru adalah fasilitator yang selalu siap sedia menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Rabi Green berkata, "Tidak ada bangsa yang lebih mementingkan pengajaran agama terhadap anakanak daripada bangsa Yahudi." Hal ini juga ditegaskan oleh Josephus, "Semua prinsip yang kami pentingkan ialah pengajaran terhadap anakanak." Dari hal ini kita tahu bahwa pengajaran orang Yahudi terhadap anakanak demikian dipentingkan, sehingga di kota Yerusalem saja ada 700 rumah sembahyang. Hal ini menyebabkan kepercayaan orang Yahudi menjadi suatu benteng yang tidak dapat dirobohkan. Bukti yang dapat kita temukan dari hasil pembinaan yang dilakukan oleh orang Yahudi kepada anak-anak mereka bisa kita lihat keberadaan Tuhan Yesus pada waktu berumur 12 tahun.
Pada saat paskah, kedua orang tua Yesus mengajaknya ke Bait Allah, disana ia bisa menerapkan ilmu yang didapatnya dengan bertukar pikiran bersama dengan para imam di Bait Allah. Tidak hanya itu didikan yang dilakukan oleh orang Yahudi ini menghasilkan sikap dan keterbukaan Yesus terhadap anak-anak dikemudian hari ketika ia mulai berkarya menjalani panggilan Tuhan Allah.

"Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga" Matius 19:14.

Di dalam perkataan Tuhan Yesus itu sesungguhnya ada beberapa pengajaran yang penting yaitu:
  • Tuhan Yesus sangat mengasihi anak-anak dan menghendaki mereka untuk datang kepada-Nya.
  • Tuhan Yesus memerintahkan agar jangan seorang pun menghalangi dan membuat kesulitan bagi anak-anak untuk datang kepada-Nya.
  • Tuhan Yesus memerintahkan agar orang-orang dewasa menolong sehingga anak-anak dapat dengan mudah datang kepadaNya, tanpa ada suatu halangan.
  • Tuhan Yesus menghargai seorang anak sama seperti Ia menghargai seorang dewasa.
  • Tuhan Yesus mengajarkan bahwa di dalam diri seorang anak ada sesuatu yang indah yang seharusnya dimiliki oleh seorang dewasa dalam hubungannya secara pribadi dengan Tuhan.
Di dalam pengajaran Tuhan Yesus ini, ternyata Tuhan Yesus memerintahkan adanya suatu pelayanan yang khusus bagi anak-anak untuk menolong mereka datang pada-Nya.

Tuhan Yesus memberi perhatian khusus kepada anak-anak. Ia menyediakan waktu untuk melayani anak-anak di tengah kesibukanNya. Tuhan Yesus tidak bersikap meremehkan anak-anak. Ia menghendaki agar anak-anak dibawa kepada-Nya dan menerima berkat-Nya. Inilah kehendak Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya dan kepada gereja sampai hari ini.

Ketika semua orang tidak mempedulikan nasib anak-anak dan para remaja yang "terlantar dan nakal", Robert Rikes dengan tepat mengambil sikap yang menunjukkan bahwa ia mengerti dan menghayati Firman Tuhan ini. Dengan penuh pengabdian dan kasih, Robert Rikes melayani dan membimbing mereka untuk dapat mengenal kasih Tuhan Yesus. Ia mengajarkan Alkitab kepada mereka dan dengan teratur setiap hari Minggu ia membimbing anak-anak itu ke jalan Tuhan.

Oleh karena ia mempunyai misi yang jelas, dan karena ketekunan serta kegigihannya melayani, akhirnya sekelompok anak-anak "nakal" itu menjadi sekelompok "murid" Tuhan Yesus. Inilah kisah kelahiran sekolah Minggu yang pertama di dunia, yaitu di negara Inggris di salah satu distrik di Gloucester (abad ke 18).


Sekolah Minggu Anak, merupakan salah satu wujud pelayanan khusus di antara anak-anak dengan tujuan membawa mereka untuk mengenal dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka secara pribadi. (Sumber :http://alkitab.sabda.org/)

Dengan demikian sekolah Minggu bukanlah:
  • sekedar aktifitas untuk anak-anak pada hari Minggu.
  • sekedar kegiatan untuk anak-anak jemaat.
  • sekedar memenuhi persyaratan minimal sebuah gereja melainkan:

  1. Sebuah wadah pembinaan iman dan program pendidikan rohani yang bersifat melaksanakan misi yang ditetapkan Tuhan Yesus Kristus kepada gereja-Nya. Dengan tujuan membawa anak-anak kepada pengenalan yang benar akan Tuhan dan membimbing anak-anak kepada iman yang dewasa di dalam Tuhan Yesus. Karena itu gereja tidak boleh merasa puas apabila telah memiliki "sejumlah besar" anak-anak sekolah Minggu dan sejumlah "besar" guru sekolah Minggu. Sebab harus dievaluasi apakah sejumlah besar anak-anak sekolah Minggu itu kelak akan menjadi murid Tuhan Yesus yang sungguh-sungguh? Dan untuk itu sangat dituntut adanya guru sekolah Minggu yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan mengenal pengajaran Alkitab dengan benar. (Bukan sekedar sukarelawan.) Seringkali gereja menghadapi dan mengalami fakta "hilangnya" sejumlah besar anak-anak sekolah Minggu setelah mereka beranjak ke usia remaja. Suatu kenyataan yang sering diperhitungkan sebagai sesuatu yang wajar. Padahal itu tidak akan terjadi bila gereja mau memberikan perhatian yang lebih sungguh-sungguh terhadap pelayanan sekolah Minggu. Memahami hakekat pelayanan sekolah Minggu dengan benar akan mendorong gereja dan khususnya guru sekolah Minggu untuk lebih bertanggung jawab melayani anak-anak yang telah diserahkan Tuhan kepada kita.
  2. Sekolah Minggu sebagai "ayah dan ibu asuh rohani". Di tengah melesatnya kemajuan teknologi zaman ini, di mana alat-alat komunikasi berperan dalam segala bidang, sehingga tidak mustahil bagi seorang anak balita untuk menerima informasi yang tidak sesuai dengan usianya, di situlah muncul tantangan baru. Berbagai macam permainan elektronik yang memikat dan mengikat hati seorang anak sehingga kuranglah waktu untuk berkomunikasi dengan ayah bunda. Masih ditambah dengan tuntutan yang cukup tinggi dalam dunia pendidikan bagi anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar sehingga menggeser kebutuhan dan mengurangi kesempatan untuk pendidikan rohani dalam kehidupan seorang anak. Belum lagi kesibukan yang tiada henti dalam kehidupan orang tua yang harus "bergulat" untuk mencukupkan sandang pangan di tengah dunia yang sarat dengan tantangan ini. Sehingga hampir kebanyakan orang tua Kristen "memasrahkan" pendidikan rohani anak-anak yang sesungguhnya menjadi tanggung jawab mereka, kepada gereja atau lebih tepatnya kepada guru sekolah Minggu. Dalam keadaan sedemikian gereja melalui pelayanan sekolah Minggu dipanggil untuk menjadi ayah dan ibu asuh rohani bagi anak-anak jemaat. Dapat kita bayangkan betapa beratnya tugas gereja dan guru sekolah Minggu. Bukankah keadaan akan menjadi lebih parah dan sangat menyedihkan bila ternyata gereja dan sekolah Minggu pun tidak dapat melaksanakan tugas yang mahapenting ini dengan baik.
  3. Sekolah Minggu hari ini, gereja di masa mendatang. Keadaan gereja pada waktu-waktu yang akan datang ditentukan oleh keadaan sekolah Minggunya pada hari ini. Bila melalui pelayanan sekolah Minggu dihasilkan "murid-murid" Yesus Kristus yang sejati dan mempunyai dedikasi tinggi maka kita dapat mengharapkan jemaat yang dewasa dan gereja yang berkembang pada waktu-waktu yang akan datang. Tuhan Yesus mengutus gereja ke tengah dunia untuk melaksanakan misi agung-Nya yaitu: Menyinarkan terang Injil ke dalam dunia yang gelap karena di bawah kuasa dosa. Dunia membutuhkan pelayanan gereja, dunia menantikan terang Injil. Bila jemaat sebagai anggota gereja belum merupakan jemaat yang dewasa dalam kehidupan iman, bagaimanakah gereja dapat menjalankan tugasnya dengan baik? Gereja akan mempunyai jemaat yang dewasa apabila melaksanakan pembinaan iman dan pengajaran Firman yang baik kepada jemaatnya dan memperhatikan pembinaan rohani di antara anak-anak sekolah Minggu.
  4. Sekolah Minggu sebagai ladang penginjilan. Kita mengetahui bahwa seorang anak lebih bersifat terbuka dan jujur dalam menerima pemberitaan Injil. Sesungguhnya sekolah Minggu merupakan ladang yang sangat subur untuk memenangkan jiwa, memenangkan seseorang semasa kanak-kanak, berarti kita memenangkan seluruh kehidupannya. Pendeta Dwight L. Moody, seorang hamba Tuhan yang terkenal dalam pelayanan penginjilan pernah menyatakan bahwa "apabila ia memenangkan jiwa seorang yang sudah lanjut usia, ia memenangkan sisa umur hidupnya, tetapi apabila ia memenangkan jiwa seorang anak muda berarti ia memenangkan seluruh kehidupannya." Pernyataan ini sungguh tepat. Sebab apabila seorang anak sudah menyerahkan hidup kepada Tuhan Yesus sejak kecil, berarti ia akan berbakti dan melayani Tuhan seumur hidupnya.
  5. Sekolah Minggu berperan penting dalam pertumbuhan gereja Anak-anak mempunyai kesanggupan untuk menjadi pemberita Injil yang baik. Mereka dengan senang hati dan penuh sukacita akan mengajak teman-teman dan saudara bahkan orang tuanya untuk mengikut Tuhan Yesus. Banyak orang tua menjadi pengikut Kristus karena kesaksian dan pelayanan anak-anak mereka. Murid sekolah Minggu dari keluarga yang bukan Kristen dapat di bina dan dipersiapkan untuk menjadi pemberita Injil yang baik untuk memenangkan keluarganya. Dalam hal ini pelayanan sekolah Minggu mempunyai peranan yang sangat besar dan berarti untuk pertumbuhan gereja.


Dengan demikian betapa pentingnya tugas gereja dalam hal menyelenggarakan Sekolah minggu di gereja. Sama dengan tugas pembinaan lainnya, demikian pula porsi yang perlu diberikan kepada sekolah minggu.



Saturday, April 2, 2016

POLA BERMAIN AWAL MASA KANAK-KANAK

Menurut ELisabeth harlock, umur awal masa kanak-kanak berlangsung pada umur 2 (dua) sampai dengan 6 (enam) tahun. Ada beberapa pola bermain pada awal masa kanak-kanak :

Bermain dengan mainan
Bermain dengan mainan merupakan bentuk yang dominan pada awal masa kanak-kanak. Minat bermain dengan mainan mulai agak berkurang pada akhir awal masa kanak-kanak pada saat anak tidak lagi dapat membayangkan bahwa mainannya mempunyai sifat-sifat hidup seperti yang dikhayalkan sebelumnya.

Dramatisasi
Sekitar umur tiga (3) tahun, dramatisasi terdiri dari permainan dengan meniru pengalaman-pengalaman hidup, kemudian anak-anak bermain permainan pura-pura dengan teman-temannya seperti polisi dan perampok, penjaga toko dan pembeli dll, berdasarkan cerita yang dibacakan kepada mereka atau berdasarkan acara-acara film dan televisi yang mereka lihat

Konstruksi
Anak-anak membuat bentuk-bentuk dengan balok-balok , pasir, lumpur, tanah liat, manik-manik, cat, pasta, gunting, dan krayon. Sebagian besar konstruksi yang dibuat merupakan tiruan dari apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari atau dari layar bioskop dan televisi. Menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak, anak-anak sering menambahkan kreatifitasnya kedalam konstruksi-konstruksi yang dibuat berdasarkan pengamatannya dalam kehidupan sehari-hari.

Permainan
Dalam tahun keempat, anak mulai menyukai permainan yang dimainkan bersama dengan teman-teman sebaya daripada dengan orang-orang dewasa. Permainan ini dapat terdiri dari beberapa peraturan. Permainan yang menuji ketrampilan seperti melempar dan menangkap bola juga populer.

Membaca
Anak-anak sering dibacakan dan melihat cerita bergambar dari buku. Yang sangat menarik adalah dongeng-dongeng, nyanyian anak-anak, cerita-cerita tentang hewan dan kejadian sehari-hari.

Film, Radio dan Televisi
Anak-anak jarang melihat bioskop, tetapi senang film kartun,film tentang binatang dan film rumah tentang anggota-anggota keluarga. Mereka juga senang mendengarkan radio walaupun lebih senang melihat televisi. 

Friday, April 1, 2016

PENDIDIKAN LINGKUNGAN DALAM PENGAJARAN SEKOLAH MINGGU

Peringatan Hari Lingkungan Hidup Tahun 2015 merupakan peringatan ke-43 yang diinisiasi sejak tahun 1972 oleh Badan Lingkungan Hidup Dunia atau United Nations Environment Programme (UNEP). Tema peringatan tahun 2015 yaitu “Seven Bilion Dreams, One Planet, Consume With Care”, yang secara bebas disesuaikan menurut relevansi di Indonesia, dengan tema “Mimpi dan Aksi Bersama untuk Keberlanjutan Kehidupan di Dunia”. Dalam rangkaian acara Hari Lingkungan Hidup tanggal 5 Juni yang dirangkaikan dengan Hari Bakti Rimbawan tanggal 16 Maret, berbagai kegiatan dilakukan meliputi upaya-upaya pemahaman atau kampanye public, dialog, menggali inisiatif masyarakat untuk semakin memahami dan mencintai lingkungan dan rimba Indonesia. 
Jika mengacu pada tema peringatan hari lingkungan hidup tahun 2015 dan gerakan yang dilakukan, gereja juga mempunyai andil dalam meng-kampanye-kan cinta lingkungan kepada semua warga gereja tidak terkecuali anak-anak sekolah minggu. Apalagi mereka adalah generasi penerus bangsa sekaligus generasi penerus gereja, sudah selayaknya gereja turut ambil bagian dalam program yang dicanangkan oleh pemerintah.
Apalagi alam dan segala isinya merupakan media yang sangat bagus bagi proses perkembangan kecerdasan anak, karena di alamlah segala ciptaan Tuhan bisa diketemukan untuk dipelajari dan dikenalkan kepada anak. Biasanya alam juga akan memberikan suasana tersendiri bagi anak untuk bisa merasakan (berinteraksi) secara langsung dengan lingkungan yang seharusnya. Disinilah sebenarnya segala kemampuan dan kecerdasan anak akan muncul dengan sendirinya, sedang peran orang tua adalah membimbing dan mengajarkan apa yang seharusnya bisa diajarkan. Sehingga ada pepatah, kalau ingin anak kita bisa tumbuh secara alami maka biarlah alam yang akan mengajarkan (membimbingnya).
Pengenalan lingkungan hidup bagi anak bertujuan untuk membangun kesadaran sejak dini agar lebih memperhatikan pentingnya pendidikan terhadap lingkungan hidup. Selain itu akan lebih mendekatkan anak kepada lingkungan alam sehingga lebih cepat berinteraksi menyadarai bahwa alam begitu penting untuk kelangsungan hidup. Ruang lingkup yang dipilih pada tingkat pendidikan dasar, yaitu untuk lebih memberikan pengenalan kepada anak mengenai lingkungan dan keanekaragaman alam.
Sudah barang tentu, anak-anak harus "didekatkan" dengan alam lingkungan sekaligus dikenalkan dampak kerusakan dan dampak pelestarian lingkungan dimana mereka tinggal sehingga akan menciptakan generasi-generasi di masa depan untuk semakin melestarikan lingkungan dimana mereka berada.

PROYEKTOR LCD SEBAGAI ALAT BANTU MENGAJAR SEKOLAH MINGGU

Dijaman yang serba canggih ini, gereja dalam hal ini khususnya sekolah minggu bisa menggunakan peralatan modern sebagai alat bantu mengajar. Proyektor LCD merupakan salah satu jenis alat bantu modern yang dapat digunakan. Proyektor LCD alat yang dapat digunakan untuk menampilkan video, gambar, atau data dari komputer pada sebuah layar atau sesuatu dengan permukaan datar seperti tembok, dsb. Proyektor jenis ini merupakan jenis yang lebih modern dan merupakan teknologi yang dikembangkan dari jenis sebelumnya dengan fungsi sama yaitu Overhead Projector (OHP) karena pada OHP datanya masih berupa tulisan pada kertas bening.
Dalam proses belajar mengajar (termasuk mengajar di kelas Sekolah Minggu) penggunaan media sangat berpengaruh besar dalam pencapaian hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah digariskan. Untuk itu seorang guru tidak hanya dituntut menguasai bahan pelajaran tetapi juga terampil menggunakan media dalam proses belajar mengajar tersebut. Salah satu alasan penggunaan media pembelajaran adalah terkait dengan manfaat media pembelajaran bagi keberhasilan belajar mengajar di kelas. Media yang dipergunakan tentunya disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran itu sendiri, sebab tidak semua media cocok untuk setiap jenis materi pelajaran.
Demikian pula jika Proyektor LCD ini digunakan di kelas sekolah minggu di gereja. Seorang Guru SM minggu tidak hanya bisa mengusai bahan pengajaran, namun juga harus mampu menguasai alat canggih ini. Sebetulnya tidak perlu "expert" untuk menggunakan alat ini, cukup mengetahui penggunaan alat ini dan media yang digunakan agar dapat menunjang proses pengajaran di sekolah minggu.
Persoalannya, seringkali gereja maupun pengurus sekolah minggu hanya bisa membelikan alat ini tetapi tidak ditunjang dengan pelatihan khusus penggunaan proyektor LCD tersebut bagi guru-guru sekolah minggu, sehingga masih banyak kesulitan yang menggunakan. Oleh karena itu dalam tulisan pendek ini, saya ingin mengajak kepada gereja agar dapat mengoptimalkan penggunaan proyektor LCD (bagi yang sudah membeli) bagi yang belum dapat mempersiapkannya.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk penggunaan proyektor LCD dalam kelas Sekolah Minggu adalah:
  1. Ruang Sekolah Minggu harus dipersiapkan untuk penggunaan proyektor LCD, supaya tidak mengurangi tempat dan kenyamanan baik bagi guru sekolah minggu maupun anak-anak sekolah minggu
  2. Pembinaan terhadap guru-guru sekolah minggu dalam pemakaian dan hal-hal teknis (sekalipun sederhana) yang berhubungan dengan pengajaran sekolah minggu seperti misalnya pengoprasian Proyektor LCD, pengoprasian Laptop atau komputer, sistem operasional pengajaran yang hendak dipakai (Power point, video, aplikasi gambar, dsb).
  3. Mempersiapkan bahan-bahan mentah menjadi bahan siap pakai yang dapat ditampilkan dilayar LCD.
Melalui 3 poin sederhana diatas, akan ada banyak manfaat yang diraih dari penggunaan proyektor LCD sebagai alat bantu mengajar sekolah minggu, diantaranya :
  • Bantuan Visual. LCD proyektor memungkinkan guru SM  memberikan beragam konten untuk semua anak di kelas sekaligus, memungkinkan anak untuk memiliki pengalaman belajar visual dan berwarna-warni saat pelajaran diberikan. Proyektor ini sempurna untuk Guru SM yang berorientasi visual karena mereka membantu membuat konsep-konsep abstrak lebih mudah dipahami.
  • Sebagai Alternatif mengajar. Dengan tidak memaksa seorang guru SM hanya mengandalkan buku, proyektor multimedia membuat informasi pendidikan lebih tersedia untuk anak. Hal ini merupakan perubahan kebiasaan konvensional dan ritual di dalam kelas.  
  • Membuat mengajar lebih mudah dan lebih baik. Anak dapat lebih fokus belajar karena melihat satu layar besar tanpa kesulitan. LCD proyektor telah membuat pengajaran mata pelajaran yang berhubungan dengan internet dan demonstrasi aplikasi baru perangkat lunak jauh lebih mudah, meningkatkan kesadaran dan dapat menarik perhatian anak sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar anak. 
  • Lebih Efektif dan Efisien. Dengan menggunakan LCD Proyektor, waktu yang digunakan untuk mengajar tidak terbuang sia-sia hanya untuk menulis di papan tulis, dan membuat catatan. Selain itu kualitas visual akan lebih nyaman dengan materi yang dapat terlihat dengan jelas di banding dengan menulis di papan tulis. Hal inilah yang dapat membuat waktu belajar menjadi efektif, dan suasana belajar mejadi efisien.  
  • Ramah Lingkungan. Karena LCD Proyektor hanya menggunakan tenaga listrik, maka dapat dikatakan sangat ramah lingkungan dari pada menulis di whiteboard dengan spidol, atau menulis di papan tulis dengan kapur. Selain tidak mencemari lingkungan yang akibatnya dapat mengganggu kesehatan, LCD Proyektor juga ramah lingkungan, bisa digunakan kapan saja dan dimana saja dengan praktis dan cepat.
  • Membiasakan peserta didik dengan teknologi. Secara tidak langsung, penggunaan LCD Proyektor dapat mendidik anak agar lebih mengeluarkan ide-ide kreatifnya dalam penggunaan teknologi. Yang dapat berguna bagi perkembangan dirinya di era modernisasi yang semakin berkembang. (Sumber : https://friscayuliansari.wordpress.com/2015/01/15/implementasi-lcd-proyektor-dalam-pembelajaran-di-sekolah/
Masih banyak manfaat yang dapat dikembangkan oleh sekolah minggu dalam penggunaan proyektor LCD, namun yang terpenting  gereja harus mempersiapkan dan membina guru-guru sekolah minggu sebagai bagian pembinaan yang berkesinambungan.